Kontak Kami
Setelah menjalani operasi pada usus besar yang disebut kolostomi, pasien akan disarankan untuk menjalani diet khusus. Diet untuk pasien kolostomi tidak hanya berperan untuk mendukung penyembuhan setelah operasi, namun juga untuk menjaga kesehatan pasien dalam jangka panjang.
Setelah menjalani operasi kolostomi, kemampuan tubuh pasien dalam mencerna dan menyerap makanan tentu tidak sama dengan sebelumnya. Oleh karena itu, pasien kolostomi membutuhkan pola makan atau diet khusus.
Tidak hanya untuk memengaruhi jumlah, frekuensi, dan kepadatan feses, penyesuaian diet untuk pasien kolostomi juga berperan untuk memastikan asupan nutrisi dan energi cukup, mencegah kerusakan usus lebih lanjut karena sulit mencerna makanan, serta mencegah malnutrisi yang kerap terjadi setelah operasi kolostomi.
Kolon atau usus besar adalah organ yang menyerap air dari hasil pencernaan. Sisa hasil pencernaan yang berbentuk padat akan melewati kolon dan rektum, lalu dikeluarkan melalui anus sebagai feses.
Kolostomi adalah tindakan operasi yang bertujuan untuk membuat sebuah pembukaan atau lubang sebagai jalur pembuangan baru bagi feses dan gas, dengan menghubungkan usus besar dengan dinding dan kulit perut. Kolostomi dapat bersifat sementara atau permanen.
Kolostomi umumnya dilakukan pada pasien yang mengalami masalah pada usus besar, rektum, dan anus akibat berbagai kondisi medis, seperti:
Selama sekitar 6-8 minggu setelah operasi, pasien disarankan untuk hanya mengonsumsi makanan yang tawar dan rendah serat. Setelah itu, pembengkakan pada usus diharapkan sudah membaik dan pasien bisa kembali makan seperti biasa, tentunya secara perlahan dan dengan beberapa penyesuaian.
Berikut ini adalah anjuran yang biasanya diberikan oleh dokter terkait diet untuk pasien kolostomi adalah:
Berikut ini adalah jenis makanan yang disarankan untuk pasien kolostomi dan cara mengonsumsinya:
Beberapa pasien dapat mengalami intoleransi laktosa setelah menjalani kolostomi, sehingga disarankan untuk mengonsumsi susu atau produk susu, seperti keju dan yoghurt, secara perlahan.
Batasi konsumsi susu murni atau whole milk dan olahannya, dan ganti dengan susu skim atau susu rendah lemak. Jika mengalami diare setelah mengonsumsi susu sapi dan produk olahannya, gantilah dengan susu kedelai, susu almond, atau susu bebas laktosa.
Daging tanpa lemak, ikan, dan daging unggas tanpa kulit merupakan sumber protein hewani yang baik untuk pasien setelah menjalani kolostomi. Telur boleh dikonsumsi, tapi jangan terlalu banyak, cukup satu butir sehari.
Kacang-kacangan dan jamur adalah sumber protein nabati yang baik, namun pastikan untuk mengonsumsinya dalam jumlah sedikit dan mengunyahnya hingga halus sempurna, untuk menghindari masalah pada usus.
Makanan rendah serat, seperti roti tawar dan nasi, baik untuk dikonsumsi pasien kolostomi. Sedangkan makanan berserat tinggi, seperti nasi merah, quinoa, dan roti gandum, sebaiknya dibatasi pada beberapa minggu awal setelah operasi, lalu bisa mulai dikonsumsi satu per satu secara bertahap.
Jenis sayur yang dianjurkan adalah sayur tanpa kulit dan biji, seperti wortel, buncis, tomat yang dikupas, dan selada. Sayur-sayuran tersebut harus dimasuk dulu hingga matang.
Sedangkan jenis sayur yang harus dihindari adalah bawang, kembang kol, asparagus, brokoli, dan kubis, karena dapat meningkatkan produksi gas.
Jenis buah yang baik untuk pasien kolostomi adalah pisang, semangka, dan melon. Sementara apel, stroberi, bluberi, dan anggur boleh saja dikonsumsi, asalkan dikupas dulu kulitnya.
Pasien kolostomi dianjurkan untuk mengurangi konsumsi makanan berkadar lemak tinggi, misalnya makanan yang digoreng atau daging yang berlemak, karena dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada perut.
Lemak yang direkomendasikan adalah lemak sehat yang berasal dari minyak zaitun dan minyak ikan.
Tidak hanya makanan, jenis minuman yang dikonsumsi oleh pasien kolostomi juga perlu diperhatikan. Selain air putih, pasien kolostomi juga bisa mengonsumsi jus buah dan sayuran, sesuai jenis yang telah direkomendasikan di atas.
Sebaiknya batasi minuman yang mengandung kafein, soda, atau banyak gula, karena dapat menyebabkan gas berlebih. Guna membantu mencukupi kebutuhan elektrolit, pasien kolostomi disarankan untuk mengonsumsi minuman berelektrolit.
Beberapa jenis makanan memang dapat menyebabkan keluhan pada pencernaan, seperti produksi gas berlebih, kentut berbau busuk, diare, dan konstipasi, namun setiap pasien memiliki reaksi yang berbeda terhadap jenis makanan tersebut.
Diet untuk pasien kolostomi memang membutuhkan penyesuaian. Untuk mendapatkan jenis diet dan pola makan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi tubuh, pasien kolostomi dapat berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter gizi.
Belum ada komentar untuk Panduan Diet Untuk Pasien Kolostomi